Waspada!! Serangan Intelijen Pamungkas Jokowi-JK
Sebelumnya saya menulis bahwa pada saat injury time menjelang pencoblosan kubu Jokowi-JK akan melakukan serangan operasi intelijen untuk men...
https://partaipolitikpemilu.blogspot.com/2014/07/waspada-serangan-intelijen-pamungkas.html
Sebelumnya saya menulis bahwa pada saat injury time menjelang pencoblosan kubu Jokowi-JK akan melakukan serangan operasi intelijen untuk menghancurkan basis suara Prabowo-Hatta yang konon menurut survey sudah melewati suara Jokowi-JK. Operasi intelijen ini adalah yang paling masif dan paling mengerikan sepanjang pemilu selama Indonesia merdeka. Salah satu skenario terburuk adalah dengan membuat situasi keamanan Indonesia menjadi tidak kondusif dan tidak terkendali di tengah situasi sosial politik yang semakin memanas karena agitasi dan propaganda disinformasi dan akan diakhiri dengan pergerakan massa liar yang tidak terdeteksi asal kelompok dan pada saat bersamaan tikus-tikus akan membuat pernyataan yang semakin memanasi suasana yang dilansir media massa pendukung koalisi.
Saya tidak tahu alasan artikel tersebut dihapus Kompasiana sebab tidak menerima pesan berisi alasan, apalagi selama pilpres berlangsung sudah banyak tokoh yang mengatakan ada operasi intelijen di antaranya Presidium Nasional Jaringan Muda Nahdlatul Ulama (NU) Arif Hidayat yang menyampaikan bahwa ada sebuah operasi politik yang mengindikasikan pertarungan pilpres tidak sehat karena ada perang politik; ada operasi politik oleh intelijen dan sangat memungkinkan memercikan konflik horizontal.
http://m.sindonews.com/read/877823/113/ini-indikasi-ada-operasi-politik-di-pilpres
Yang saya perhatikan sejak beredarnya survey bahwa Jokowi sudah kalah dari Prabowo, yang kebenarannya baru terlihat setelah tanggal 9 Juli 2014, ditambah kekalahan telak Jusuf Kalla dalam debat cawapres yang bukan saja memperlihatkan Jusuf Kalla sekarang hanya kakek tua renta berfisik lemah yang menyampaikan argumen saja belepotan dan berantakan, dan terakhir dia diopname di Rumah Sakit Abdi Waluyo setelah debat membuat operasi intelijen dilancarkan dengan membabi buta dan serampangan sehingga tidak dilakukan dengan rapi. Mungkin karena panik saya tidak tahu tapi yang jelas sekarang informasi yang saya sampaikan dalam artikel tersebut sudah mulai terbukti kebenarannya.
Pertama, saya mengatakan para kiai sesepuh di Jawa Timur telah menolak bertemu Jokowi karena setelah melakukan shalat istikarah untuk meminta petunjuk perihal capres mana yang membawa kebaikan bagi Indonesia dan umat Muslim, dengan hasil mendukung Prabowo-Hatta karena menilai Jokowi dan pendukungnya tidak membawa kebaikan bagi Islam.
Sekarang lihatlah salah satu kiai legendaris Indonesia di Jawa Barat yang pernah menjadi santri Hasyim Ashari menyatakan dukungan kepada Prabowo karena dia juga sudah melakukan istikarah dengan hasil yang sama dengan koleganya di Jawa Timur melengkapi kyai NU yang sudah mendukung Prabowo-Hatta antara lain: Kiai Nawawi Abdul Jalil (Sidogiri Pasuruan), Kiai Zainuddin Jazuli (Ploso Kediri), Kiai Anwar Mansyur (Lirboyo Kediri), Kiai Miftachul Akhyar Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Maemun Zubair (Rembang), Kiai Anwar Iskandar (As-Saidiyah Jamsaren Kediri), Kiai Ahmad Muzakki (Al Qodiri, Jember) dan masih banyak lagi.
http://m.rmol.co/news.php?id=161902
http://m.tribunnews.com/regional/2014/06/20/99-kiai-sepuh-jatim-kompak-dukung-prabowo
Kedua, bila angka Pertama ditambahkan dengan fakta Demokrat sudah menyatakan mendukung Prabowo-Hatta secara resmi dan akhirnya Pakde Karwo, penguasa Jawa Timur yang juga merupakan kader Demokrat bergerak memenangkan Prabowo-Hatta maka sepanjang mengenai Jawa Timur kemungkinan arah angin memang bergerak ke arah Prabowo-Hatta.
Ketiga, saya mengatakan bahwa basis pendukung Jokowi-JK di Jawa Tengah mulai retak dan bocor, dan beberapa hari ini sudah menampakan indikasi bahwa Rustriningsih, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, salah satu kader PDIP yang dicintai rakyat Jawa Tengah karena bersih dan tulus mencintai rakyat tapi dizolimi PDIP karena menolak korupsi akan mendukung Prabowo-Hatta. Deklarasi tampaknya akan terjadi dalam hitungan jam. Sebenarnya masih ada beberapa elit PDIP di Jawa Tengah yang sudah mengalihkan dukungan tapi mereka bergerak tanpa bersuara supaya tidak gaduh. Selain itu dukungan penuh keluarga Cendana akan membuat para barisan pecinta Soeharto di Jawa Tengah terutama di Jogjakarta yang masih sangat banyak itu memilih Prabowo-Hatta. Belum lagi ada 1.500 kiai sepuh di Jawa Tengah yang mendukung Prabowo-Hatta.
http://m.jpnn.com/news.php?id=240748
Keempat, Jawa Barat merupakan basis PKS sehingga bila tidak ada halangan atau rintangan berarti maka seharusnya Jawa Barat milik Prabowo-Hatta. Selain itu menurut kabar yang saya dengar praktis Sumatera, Kalimantan, Bali, NTT, Madura akan menjadi milik Prabowo-Hatta. Satu-satunya tempat yang pasti dimenangkan Jokowi-JK adalah basis keluarga Kalla di Sulawesi, dan di Indonesia Timur hanya kepulauan Maluku dan Papua yang masih sulit diprediksi.
Kelima, kemungkinan besar massa NU sudah pasti mendukung Prabowo-Hatta sebab Jokowi-JK hanya "memegang" kepala para elit seperti Muhaimin Iskandar, Khofifah atau Nusron Wahid sedangkan "badan" yang dipegang para kiai sesepuh itu dan Ketua PBNU Said Aqil Siroj adalah milik Prabowo-Hatta. Selain itu berkat Wimar Witoelar dan Gallery-of-Rogues membuat mayoritas Muhammadiyah mendukung Prabowo-Hatta ditambah lagi saya juga menerima informasi bahwa para panatua di dua gereja dengan jemaat terbesar di Indonesia yaitu Gereja Bethel Indonesia/GBI pimpinan Abraham Supit dan GBI pimpinan Niko Njotorahardjo secara profetik telah menerima "hidayah" bahwa Prabowo-Hatta adalah capres pilihan untuk Indonesia dan telah menginformasikan kepada para jemaat.
Pada artikel tersebut saya mengatakan bahwa kubu Jokowi-JK akan menggunakan senjata pamungkas yang belum pernah mereka gunakan secara maksimal, yaitu dukungan ilegal dari beberapa oknum KPK, TNI/Polri dan BIN kepada Jokowi-JK. Entah benar atau tidak tapi yang jelas sudah terlalu banyak bukti sehingga sulit diabaikan begitu saja bahwa ada petinggi TNI/Polri, BIN dan KPK mendukung Jokowi-JK.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/02/078581837/SBY-2004-TNI-Polri-Tak-Netral
http://www.gatra.com/politik-1/54017-tudingan-sby-mengarah-ke-jenderal-moeldoko%E2%80%8F.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/09/269583624/Bertemu-Trimedya-Budi-Gunawan-Diserang-Kubu-Prabowo
http://pemilu.okezone.com/read/2014/03/20/567/958274/bin-jegal-prabowo-jadi-capres
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/12/1944065/BIN.Kejar.Pembuat.Tabloid.Obor.Rakyat
http://nasional.inilah..com/read/detail/2107950/isu-babinsa-tni-akal-akalan-hendropriyono#.U5siX_l5O_s
Saat itu saya menulis bahwa ada serentetan serangan pamungkas yang dilancarkan kubu Jokowi-JK melibatkan TNI/Polri pada masa-masa injury time (1 - 7 Juli 2014) dan setelah pencoblosan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, akan ada "aktor" yang sudah dikondisikan sedemikian rupa hingga dia akan berkicau mengenai keterlibatan Prabowo di Aceh sehingga diharapkan bisa merusak kesolidan suara Prabowo di Aceh. Ini sudah terbukti dengan Gubernur Aceh Zaini Abdullah dari Partai Aceh pimpinan Fachrul Razi (jenderal pendukung Jokowi) mengatakan rakyat Aceh harus pilih Jokowi-JK karena Prabowo "memotong" kepala orang Aceh sambil mengingatkan "jasa Jusuf Kalla" pada rakyat Aceh, padahal yang "motong" kepala orang Aceh jelas Megawati dan Hendropriyono dengan DOM sedangkan yang mendorong tercapainya Perjanjian Helsinki sambil membujuk purnawirawan yang keberatan Indonesia negosiasi dengan GAM adalah SBY yang mendukung Prabowo dan bukan JK
http://m.kaskus.co.id/thread/53b1f68fd44f9f9f068b4723/gubernur-aceh-pilih-jokowi-jk-jangan-pilih-prabowo-yang-potong-leher-orang-aceh/1
Kedua, saya mengatakan bahwa bila Jokowi-JK kalah akan ada usaha mendelegitimasi hasil Pemilu sehingga dilakukan Pemilu ulang dengan harapan merusak lumbung suara Prabowo-Hatta yang sudah reputasinya sudah dirusak sedemikian rupa sebagai capres curang. Sekarang sudah mulai terbukti dengan beberapa hari terakhir Jokowi, JK dan orang-orang di kubu mereka mulai berkaok-kaok bahwa pemilu curang, bahwa bila Jokowi-JK kalah maka pasti pemilu curang, bahwa dukungan Demokrat kepada Prabowo-Hatta membuktikan SBY mau mencurangi Pemilu, dan lain sebagainya.
Ketiga, Saya mengatakan bahwa akan ada tokoh-tokoh dari koalisi partai pendukung Prabowo-Hatta yang berbalik mendukung Jokowi-JK dan kemudian menceritakan hal-hal buruk tentang Prabowo. Bukankah ini sudah terjadi dengan organisasi sayap Gerindra yaitu PETIR dan KIRA diberitakan mendukung Jokowi-JK dengan alasan setelah membaca blog Allan Nairn mereka jadi sadar bahwa Prabowo tidak demokratis dll. Terhadap hal ini memang sudah ada bantahan bahwa orang yang deklarasi sudah lama dipecat dari KIRA, namun peristiwa ini menunjukan ada strategi menjelek-jelekan Prabowo menggunakan tangan anggota timsesnya ada di pikiran Jokowi-JK. Yang perlu ditunggu adalah tanggal 4 Juli 2014 yang katanya akan ada petinggi timses Prabowo-Hatta "menyatakan mendukung Jokowi-JK" karena Prabowo begini dan begitu karena sudah menerima Rp. 500miliar.
http://www.antaranews.com/pemilu/berita/441998/dukungan-kira-terhadap-jokowi-jk-tidak-benar
Keempat, saya mengatakan Jokowi akan kembali mengulangi dagelan Politik Dizolimi ala "disadap" dan "mau dibunuh dengan diledakan" dengan tujuan menumbuhkan ketidakpercayaan publik pada aparat keamanan sekaligus menunjuk kubu Prabowo-Hatta sebagai pelakunya. Sekarang mulai terbukti dengan Nusron Wahid dan timses Jokowi-JK memanas-manasi suasana menggunakan twit Fahri Hamzah yang mengkritik hobi ingkar janji sinting ala Jokowi sebagai penghinaan kepada santri dan kiai seluruh Indonesia.
Pertanyaan saya mana yang menghina kiai, pernyataan Fahri Hamzah berikut ini:
"Jokowi janji 1 Muharam hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"
http://m.okezone.com/read/2014/07/01/567/1006645/fadli-zon-banyak-kebohongan-yang-dilakukan-jokowi
http://m.inilah..com/read/detail/2112776/timses-jokowi-jk-sakiti-ulama-nu-jatim
Kelima, Yang belum terbukti adalah isu bahwa Jokowi-JK akan menggunakan KPK dan isu Prabowo melakukan kudeta bila gagal terpilih menjadi presiden.
Pertanyaannya tentu saja apakah kubu Jokowi-JK bisa melakukan semua operasi tersebut? Sangat bisa, sebab mereka didukung oleh kekuatan CSIS dan yang merupakan dalang kerusuhan besar di Indonesia sejak Malari sampai Kerusuhan 13-14 Mei 1998, bisa dibilang memang keahlian lembaga tersebut adalah merekayasa kegiatan intelijen
http://m.kompasiana.com/post/read/658823/1/dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi.html
Saya akan mengulangi pernyataan penutup sebelumnya: tidak peduli berita operasi intelijen ini salah atau benar, tapi sedia payung sebelum hujan selalu merupakan tindakan yang bijaksana.
dipostkan oleh boromiri
Saya tidak tahu alasan artikel tersebut dihapus Kompasiana sebab tidak menerima pesan berisi alasan, apalagi selama pilpres berlangsung sudah banyak tokoh yang mengatakan ada operasi intelijen di antaranya Presidium Nasional Jaringan Muda Nahdlatul Ulama (NU) Arif Hidayat yang menyampaikan bahwa ada sebuah operasi politik yang mengindikasikan pertarungan pilpres tidak sehat karena ada perang politik; ada operasi politik oleh intelijen dan sangat memungkinkan memercikan konflik horizontal.
http://m.sindonews.com/read/877823/113/ini-indikasi-ada-operasi-politik-di-pilpres
Yang saya perhatikan sejak beredarnya survey bahwa Jokowi sudah kalah dari Prabowo, yang kebenarannya baru terlihat setelah tanggal 9 Juli 2014, ditambah kekalahan telak Jusuf Kalla dalam debat cawapres yang bukan saja memperlihatkan Jusuf Kalla sekarang hanya kakek tua renta berfisik lemah yang menyampaikan argumen saja belepotan dan berantakan, dan terakhir dia diopname di Rumah Sakit Abdi Waluyo setelah debat membuat operasi intelijen dilancarkan dengan membabi buta dan serampangan sehingga tidak dilakukan dengan rapi. Mungkin karena panik saya tidak tahu tapi yang jelas sekarang informasi yang saya sampaikan dalam artikel tersebut sudah mulai terbukti kebenarannya.
Pertama, saya mengatakan para kiai sesepuh di Jawa Timur telah menolak bertemu Jokowi karena setelah melakukan shalat istikarah untuk meminta petunjuk perihal capres mana yang membawa kebaikan bagi Indonesia dan umat Muslim, dengan hasil mendukung Prabowo-Hatta karena menilai Jokowi dan pendukungnya tidak membawa kebaikan bagi Islam.
Sekarang lihatlah salah satu kiai legendaris Indonesia di Jawa Barat yang pernah menjadi santri Hasyim Ashari menyatakan dukungan kepada Prabowo karena dia juga sudah melakukan istikarah dengan hasil yang sama dengan koleganya di Jawa Timur melengkapi kyai NU yang sudah mendukung Prabowo-Hatta antara lain: Kiai Nawawi Abdul Jalil (Sidogiri Pasuruan), Kiai Zainuddin Jazuli (Ploso Kediri), Kiai Anwar Mansyur (Lirboyo Kediri), Kiai Miftachul Akhyar Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Maemun Zubair (Rembang), Kiai Anwar Iskandar (As-Saidiyah Jamsaren Kediri), Kiai Ahmad Muzakki (Al Qodiri, Jember) dan masih banyak lagi.
http://m.rmol.co/news.php?id=161902
http://m.tribunnews.com/regional/2014/06/20/99-kiai-sepuh-jatim-kompak-dukung-prabowo
Kedua, bila angka Pertama ditambahkan dengan fakta Demokrat sudah menyatakan mendukung Prabowo-Hatta secara resmi dan akhirnya Pakde Karwo, penguasa Jawa Timur yang juga merupakan kader Demokrat bergerak memenangkan Prabowo-Hatta maka sepanjang mengenai Jawa Timur kemungkinan arah angin memang bergerak ke arah Prabowo-Hatta.
Ketiga, saya mengatakan bahwa basis pendukung Jokowi-JK di Jawa Tengah mulai retak dan bocor, dan beberapa hari ini sudah menampakan indikasi bahwa Rustriningsih, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, salah satu kader PDIP yang dicintai rakyat Jawa Tengah karena bersih dan tulus mencintai rakyat tapi dizolimi PDIP karena menolak korupsi akan mendukung Prabowo-Hatta. Deklarasi tampaknya akan terjadi dalam hitungan jam. Sebenarnya masih ada beberapa elit PDIP di Jawa Tengah yang sudah mengalihkan dukungan tapi mereka bergerak tanpa bersuara supaya tidak gaduh. Selain itu dukungan penuh keluarga Cendana akan membuat para barisan pecinta Soeharto di Jawa Tengah terutama di Jogjakarta yang masih sangat banyak itu memilih Prabowo-Hatta. Belum lagi ada 1.500 kiai sepuh di Jawa Tengah yang mendukung Prabowo-Hatta.
http://m.jpnn.com/news.php?id=240748
Keempat, Jawa Barat merupakan basis PKS sehingga bila tidak ada halangan atau rintangan berarti maka seharusnya Jawa Barat milik Prabowo-Hatta. Selain itu menurut kabar yang saya dengar praktis Sumatera, Kalimantan, Bali, NTT, Madura akan menjadi milik Prabowo-Hatta. Satu-satunya tempat yang pasti dimenangkan Jokowi-JK adalah basis keluarga Kalla di Sulawesi, dan di Indonesia Timur hanya kepulauan Maluku dan Papua yang masih sulit diprediksi.
Kelima, kemungkinan besar massa NU sudah pasti mendukung Prabowo-Hatta sebab Jokowi-JK hanya "memegang" kepala para elit seperti Muhaimin Iskandar, Khofifah atau Nusron Wahid sedangkan "badan" yang dipegang para kiai sesepuh itu dan Ketua PBNU Said Aqil Siroj adalah milik Prabowo-Hatta. Selain itu berkat Wimar Witoelar dan Gallery-of-Rogues membuat mayoritas Muhammadiyah mendukung Prabowo-Hatta ditambah lagi saya juga menerima informasi bahwa para panatua di dua gereja dengan jemaat terbesar di Indonesia yaitu Gereja Bethel Indonesia/GBI pimpinan Abraham Supit dan GBI pimpinan Niko Njotorahardjo secara profetik telah menerima "hidayah" bahwa Prabowo-Hatta adalah capres pilihan untuk Indonesia dan telah menginformasikan kepada para jemaat.
Pada artikel tersebut saya mengatakan bahwa kubu Jokowi-JK akan menggunakan senjata pamungkas yang belum pernah mereka gunakan secara maksimal, yaitu dukungan ilegal dari beberapa oknum KPK, TNI/Polri dan BIN kepada Jokowi-JK. Entah benar atau tidak tapi yang jelas sudah terlalu banyak bukti sehingga sulit diabaikan begitu saja bahwa ada petinggi TNI/Polri, BIN dan KPK mendukung Jokowi-JK.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/02/078581837/SBY-2004-TNI-Polri-Tak-Netral
http://www.gatra.com/politik-1/54017-tudingan-sby-mengarah-ke-jenderal-moeldoko%E2%80%8F.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/26/078580347/Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/09/269583624/Bertemu-Trimedya-Budi-Gunawan-Diserang-Kubu-Prabowo
http://pemilu.okezone.com/read/2014/03/20/567/958274/bin-jegal-prabowo-jadi-capres
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/12/1944065/BIN.Kejar.Pembuat.Tabloid.Obor.Rakyat
http://nasional.inilah..com/read/detail/2107950/isu-babinsa-tni-akal-akalan-hendropriyono#.U5siX_l5O_s
Saat itu saya menulis bahwa ada serentetan serangan pamungkas yang dilancarkan kubu Jokowi-JK melibatkan TNI/Polri pada masa-masa injury time (1 - 7 Juli 2014) dan setelah pencoblosan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, akan ada "aktor" yang sudah dikondisikan sedemikian rupa hingga dia akan berkicau mengenai keterlibatan Prabowo di Aceh sehingga diharapkan bisa merusak kesolidan suara Prabowo di Aceh. Ini sudah terbukti dengan Gubernur Aceh Zaini Abdullah dari Partai Aceh pimpinan Fachrul Razi (jenderal pendukung Jokowi) mengatakan rakyat Aceh harus pilih Jokowi-JK karena Prabowo "memotong" kepala orang Aceh sambil mengingatkan "jasa Jusuf Kalla" pada rakyat Aceh, padahal yang "motong" kepala orang Aceh jelas Megawati dan Hendropriyono dengan DOM sedangkan yang mendorong tercapainya Perjanjian Helsinki sambil membujuk purnawirawan yang keberatan Indonesia negosiasi dengan GAM adalah SBY yang mendukung Prabowo dan bukan JK
http://m.kaskus.co.id/thread/53b1f68fd44f9f9f068b4723/gubernur-aceh-pilih-jokowi-jk-jangan-pilih-prabowo-yang-potong-leher-orang-aceh/1
Kedua, saya mengatakan bahwa bila Jokowi-JK kalah akan ada usaha mendelegitimasi hasil Pemilu sehingga dilakukan Pemilu ulang dengan harapan merusak lumbung suara Prabowo-Hatta yang sudah reputasinya sudah dirusak sedemikian rupa sebagai capres curang. Sekarang sudah mulai terbukti dengan beberapa hari terakhir Jokowi, JK dan orang-orang di kubu mereka mulai berkaok-kaok bahwa pemilu curang, bahwa bila Jokowi-JK kalah maka pasti pemilu curang, bahwa dukungan Demokrat kepada Prabowo-Hatta membuktikan SBY mau mencurangi Pemilu, dan lain sebagainya.
Ketiga, Saya mengatakan bahwa akan ada tokoh-tokoh dari koalisi partai pendukung Prabowo-Hatta yang berbalik mendukung Jokowi-JK dan kemudian menceritakan hal-hal buruk tentang Prabowo. Bukankah ini sudah terjadi dengan organisasi sayap Gerindra yaitu PETIR dan KIRA diberitakan mendukung Jokowi-JK dengan alasan setelah membaca blog Allan Nairn mereka jadi sadar bahwa Prabowo tidak demokratis dll. Terhadap hal ini memang sudah ada bantahan bahwa orang yang deklarasi sudah lama dipecat dari KIRA, namun peristiwa ini menunjukan ada strategi menjelek-jelekan Prabowo menggunakan tangan anggota timsesnya ada di pikiran Jokowi-JK. Yang perlu ditunggu adalah tanggal 4 Juli 2014 yang katanya akan ada petinggi timses Prabowo-Hatta "menyatakan mendukung Jokowi-JK" karena Prabowo begini dan begitu karena sudah menerima Rp. 500miliar.
http://www.antaranews.com/pemilu/berita/441998/dukungan-kira-terhadap-jokowi-jk-tidak-benar
Keempat, saya mengatakan Jokowi akan kembali mengulangi dagelan Politik Dizolimi ala "disadap" dan "mau dibunuh dengan diledakan" dengan tujuan menumbuhkan ketidakpercayaan publik pada aparat keamanan sekaligus menunjuk kubu Prabowo-Hatta sebagai pelakunya. Sekarang mulai terbukti dengan Nusron Wahid dan timses Jokowi-JK memanas-manasi suasana menggunakan twit Fahri Hamzah yang mengkritik hobi ingkar janji sinting ala Jokowi sebagai penghinaan kepada santri dan kiai seluruh Indonesia.
Pertanyaan saya mana yang menghina kiai, pernyataan Fahri Hamzah berikut ini:
"Jokowi janji 1 Muharam hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"
http://m.okezone.com/read/2014/07/01/567/1006645/fadli-zon-banyak-kebohongan-yang-dilakukan-jokowi
http://m.inilah..com/read/detail/2112776/timses-jokowi-jk-sakiti-ulama-nu-jatim
Kelima, Yang belum terbukti adalah isu bahwa Jokowi-JK akan menggunakan KPK dan isu Prabowo melakukan kudeta bila gagal terpilih menjadi presiden.
Pertanyaannya tentu saja apakah kubu Jokowi-JK bisa melakukan semua operasi tersebut? Sangat bisa, sebab mereka didukung oleh kekuatan CSIS dan yang merupakan dalang kerusuhan besar di Indonesia sejak Malari sampai Kerusuhan 13-14 Mei 1998, bisa dibilang memang keahlian lembaga tersebut adalah merekayasa kegiatan intelijen
http://m.kompasiana.com/post/read/658823/1/dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi.html
Saya akan mengulangi pernyataan penutup sebelumnya: tidak peduli berita operasi intelijen ini salah atau benar, tapi sedia payung sebelum hujan selalu merupakan tindakan yang bijaksana.
dipostkan oleh boromiri